Minggu, 21 Februari 2010

Indonesia Waspada Ancaman El Nino 2009


El Nino mulai ancam Indonesia, demikian yang saya tangkap dari apa yang disampaikan oleh para ahli baik dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) maupaun pihak luar seperti International Research Institute (Amerika Serikat). Negara-negara di kawasan timur equator Pasifik, termasuk Indonesia, harus mulai waspada dengan ancaman gejala El Nino yang dampaknya mulai terasa sejak pertengahan 2009 ini.

Setahu saya, El Nino merupakan sebuah siklus alam yang ditandai dengan menghangatnya suhu perairan tropis (suhu laut) di bagian Timur Samudera Pasifik yang bertambah panas secara tidak wajar. Sebaliknya, perairan di sebelah barat ekuator Pasifik (termasuk perairan Indonesia) akan cenderung mendingin. Karena suhu muka laut menghangat di timur Pasifik, negara- negara di barat Pasifik, seperti AS dan Amerika Latin akan mengalami curah hujan yang tinggi dan berpotensi datangnya badai tropis lebih tinggi dari kondisi normal, sedangkan di kawasan Atlantik curah hujan lebih sedikit. Hal ini yang menyebabkan tidak terjadi penguapan atau pembentukan awan hingga kurang hujan di kawasan timur Indonesia.

Lebih lanjut diperkirakan puncak El Nino akan terjadi antara bulan Agustus hingga Oktober 2009. Jika perkiraan ini benar, maka akan terjadi musim kemarau yang lebih panjang yaitu hingga bulan Desember 2009 atau bahkan awal 2010. Menghadapi El Nino, daerah yang perlu waspada kelangkaan hujan adalah NTT dan NTB, wilayah selatan Papua dan Maluku serta Sulawesi Selatan, pantai utara Jawa, dan Lampung.

Dampak terparah dari El Nino 2009-2010 di Indonesia akan membuat 80.000-150.000 hektar lahan pertanian mengalami kekeringan. Hal ini akan mengakibatkan sedikitnya juga akan menyebabkan 10.000 sampai 35.000 hektar lahan padi mengalami puso atau mati.

Selain itu El Nino juga mendatangkan ancaman kekeringan di sejumlah daerah di Indonesia. Padahal saat ini ketersediaan air tanah permukaan tinggal 40-60 persen. Yang berarti ketersedian air hanya mencukupi hingga tiga bulan mendatang dalam kondisi tak ada hujan. Di samping itu, El Nino berpeluang memperbesar ancaman kebakaran hutan dan lahan gambut.

Tahun 1997 Indonesia mengalami kekeringan panjang sebagai dampak El Nino. Sawah, sungai, dan badan air mengering, hutan gambut terbakar di Sumatera dan Kalimantan sehingga Indonesia diposisikan sebagai emiter gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia di bawah AS dan China. Selain itu, El Nino saat itu mengakibatkan ratusan orang tewas ketika musim kering yang dahsyat melanda berbagai wilayah Asia dan Australia, sementara hujan lebat dan banjir merendam kawasan Amerika Selatan.

Saya yang awam hanya berharap agar pemerintah kita segera tanggap dan mengambil berbagai tindakan antisipasi sehingga El Nino tahun 2009 ini tidak terlalu memberikan dampak yang buruk buat masyarakat, lingkungan dan perekonomian nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

banner

Followers

pErsaHabaTan baGai kEpomPonK