Trulek Jawa (Vanellus macropterus) adalah salah satu burung langka yang hanya terdapat (endemik) di Jawa. Burung dari famili Charadriidae ini pada tahun 1994 pernah dinyatakan punah (Extinct) oleh IUCN, namun sejak tahun 2000, statusnya direvisi menjadi “Kritis” (Critically Endangered; CR). Meskipun begitu, hingga kini keberadaan burung Trulek Jawa ini masih misteri antara punah atau belum.Trulek Jawa (Vanellus macropterus) yang dalam bahasa Inggris disebut Javan Lapwing, Javanese Lapwing atau Sunda Plover hingga sekarang tidak diketahui dengan pasti berapa jumlah spesies yang tersisa. Bahkan status “Kritis” (Critically Endangered; CR) yang diberikan oleh IUCN Redlist, hanya merupakan asumsi berdasarkan catatan-catatan yang dibuat pada tahun 1940. Berbagai penyelidikan dan penelitian yang dilakukan tidak satupun memperoleh bukti nyata keberadaan burung langka ini. Tetap menyisakan misteri.
Burung ini terakhir tercatat keberadaannya pada tahun 1940 di Delta Sungai Citarum. Mungkin karena IUCN belum mensurvei ulang semua habitatnya, dan masih ada laporan-laporan keberadaan jenis ini dari penduduk setempat, maka IUCN belum berani menyebutnya sebagai jenis yang telah punah.
Ciri-ciri Trulek Jawa. Burung Trulek Jawa (Vanellus macropterus) berukuran sedang, sekitar 28 cm. Bulunya berwarna coklat keabuan dengan kepala hitam. Punggung dan dada coklat keabuan, perut hitam, tungging putih. Bulu-bulu sayap terbang hitam, ekor putih dengan garis subterminal hitam lebar. Terdapat taji hitam pada bagian lengkung sayap. Iris coklat, paruh hitam, tungkai hijau kekuningan atau jingga. Satu hal yang khas dari burung ini adalah gelambir putih kekuningan yang nangkring secara elok di atas paruhnya.
Burung Trulek Jawa (Vanellus macropterus) hidup berpasangan di padang rumput terbuka sepanjang pantai utara Jawa barat dan pantai selatan Jawa timur. Makanan burung endemik ini antara lain kumbang air, siput, larva serangga dan biji-bijian tumbuhan air.
Habitat Trulek Jawa. Burung yang terancam punah ini sering berada di sekitar daerah berair (tepi sungai, muara sungai, dan rawa) namun tidak menyukai air. Mereka sering terlihat justru sedang bertengger di tempat kering di sekitar lahan basah seperti ranting, bebatuan, dan rerumputan.
Beberapa daerah yang diduga didiami burung endemik berstatus krisis ini antara lain:
- Hutan Sawangan, Petungkriyono, Pekalongan (Jawa Tengah); terakhir terlihat tahun 2001 oleh Tim Komunity Forestry Pekalongan.
- Hutan Ungaran (Jawa Tengah).
- Merubetiri, Jember (Jawa Timur).
- Lumajang (Jawa Timur); Di sini penduduk setempat menamainya “Plirik” dan menganggapnya sebagai burung keramat lantaran terdapat motif menyerupai keris pada sayapnya.
- Pegunungan Halimun (Jawa Barat).
Burung endemik Pulau Jawa ini, meskipun dimasukkan dalam kategori “Kritis” (Critically Endangered; CR) tetapi keberadaannya masih misteri. Entah masih ada atau bahkan sudah punah. Hingga saat ini yang dapat dijumpai dengan mudah hanyalah spesimennya (awetannya) saja yang disimpan di Museum Zoologi, Cibinong.
Mudah-mudahan saja, burung Trulek Jawa (Vanellus macropterus) masih tersisa di salah satu sudut di pulau Jawa. Sungguh suatu yang tidak nyaman jika saya kemudian harus melakukan update terhadap artikel saya berjudul Satwa Indonesia yang Telah Punah, yang pernah saya tulis di blog ini beberapa bulan yang lalu.
Klasifikasi Ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Aves; Ordo: Charadriiformes; Famili: Charadriidae. Spesies: Vanellus macropterus (Wagler, 1827).
Referensi: www.iucnredlist.org/apps/redlist/details/144134/0; ndobos.com/2006/12/01/trulek-jawa/; Gambar: www.burung.org;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar